Select Page

Seperti Inilah Problema BPJS Saat Ini

Seperti Inilah Problema BPJS Saat Ini

Seperti inilah problema BPJS saat ini, Penambahan puluhan juta peserta Jaminan Kesehatan Nasional dari badan usaha tahun 2015 dikhawatirkan tidak terlayani dengan baik. Hal itu karena sebaran dokter dan fasilitas kesehatan di Tanah Air belum merata, apalagi belum semua rumah sakit swasta melayani peserta program itu.

Tahun ini, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menargetkan tambahan peserta dari pekerja penerima upah sekitar 30 juta orang. Jika semua pekerja menikah dan punya dua anak, penambahan peserta sebenarnya 120 juta orang.

Menurut Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany, Senin (12/1), di Jakarta, pemerintah semestinya tak memaksakan agar semua badan usaha mendaftarkan pekerjanya menjadi peserta JKN BPJS Kesehatan tahun ini. Tujuannya, agar tak terjadi keguncangan sistem jaminan kesehatan di tiap badan usaha, jika dipaksakan maka akan seperti inilah problema BPJS saat ini.

”Jangan dipaksa mendaftar jika fasilitas kesehatan tak optimal. Benahi dulu fasilitas kesehatannya, baru rekrut banyak peserta,” ujarnya. Misalnya, ada puskesmas dengan 25.000 peserta, padahal hanya ada dua dokter. Idealnya, satu dokter punya 3.500 peserta agar layanan maksimal.

Menanggapi problema BPJS saat ini Kepala Departemen Humas BPJS Kesehatan Irfan Humaidi mengakui, penambahan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan tak mampu menandingi kecepatan tambahan peserta. Perlu tambahan 16.802 fasilitas kesehatan tingkat pertama dan 37.443 tempat tidur di fasilitas kesehatan rujukan.

Tak Merata

Tenggapan tentang seperti inilah problema BPJS saat ini maka Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Zainal Abidin memaparkan, di Indonesia terdapat 119.580 dokter umum dan 15.439 dokter spesialis. Hampir di semua ibu kota provinsi jumlah dokter melebihi kebutuhan. ”Masalahnya, persebaran jumlah dokter tidak merata,” ucapnya.

Ini problem dan jika didiamkan maka akan menjadi masalah yang sistemik. Ia mencontohkan, per Desember 2013, jumlah dokter di Palembang, Sumatera Selatan, 1.596 orang untuk 1,45 juta penduduk. Dengan rasio kebutuhan 1 dokter untuk 2.500 penduduk, jumlah dokter kelebihan 1.014 orang. Sementara di Ogan Komering Ilir, untuk 727.000 penduduk, hanya ada 99 dokter sehingga kekurangan 192 dokter.

Ketimpangan jumlah dokter antardaerah menyebabkan dokter kelebihan beban jumlah pasien, apalagi ada tambahan peserta JKN dari pekerja penerima upah sehingga mutu layanan menurun. ”Sehari, dokter idealnya menangani 25-30 pasien. Dokter pun butuh istirahat karena kelelahan bisa menurunkan mutu layanan,” ujarnya. Tak bisa dipungkiri jika akhirnya seperti inilah problem BPJS saat ini.

Selain itu, sebaran fasilitas kesehatan tak merata sehingga masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan terkendala transportasi. Untuk itu, pemerintah harus mendorong keikutsertaan rumah sakit swasta dalam JKN. ”Jangkauan persebaran rumah sakit swasta lebih luas dibandingkan rumah sakit pemerintah,” kata penasihat Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, Mus Aida.

Keikutsertaan rumah sakit swasta dalam JKN akan membantu pemerintah mengantisipasi penambahan peserta JKN. Menurut Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, dari total 2.411 rumah sakit di Indonesia, 1.400 unit adalah rumah sakit swasta. Tapi apakah masalah BPJS saat ini akan terkurangi?

Dari pantauan MedikaNews.com, layanan kesehatan bagi peserta JKN BPJS Kesehatan di sejumlah daerah belum memadai. Selain karena fasilitas dan tenaga dokter terbatas, itu terjadi juga karena jumlah pasien bertambah dan banyak pasien peserta JKN belum paham jika mesti lewat pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Kapasitas Ruang

Kepala Subbagian Humas dan Protokoler RSUP Hasan Sadikin, Bandung, Nurul Wulandhani menjelaskan, untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pasien, pihaknya fokus menambah kapasitas ruang rawat intensif. Di Medan, RSUP Adam Malik mengubah pelayanan dari enam hari menjadi lima hari kerja sehingga pasien bisa dilayani sampai sore dalam rangka mengantisipasi masalah BPJS.

Penumpukan pasien terjadi di RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Idealnya, rumah sakit itu melayani 2.000 pasien per hari, kenyataannya rata-rata jumlah pasien 5.000 orang per hari. Fasilitas radioterapi yang seharusnya untuk 35 orang per hari dipakai oleh 120 orang per hari.

Di Jayapura, animo masyarakat setempat untuk menjadi peserta JKN BPJS tinggi, tetapi layanan di rumah sakit tidak optimal karena minimnya sarana dan sumber daya manusia. Rumah Sakit Abepura, misalnya, belum punya alat CT scan dan layanan cuci darah. Lagi-lagi seperti inilah problema BPJS saat ini.

Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran kalangan dunia usaha terhadap mutu dan ketersediaan layanan JKN sesuai kebutuhan pekerja. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi B Sukamdani, pemerintah sebaiknya menerapkan peta jalan jaminan sosial dengan target pekerja formal jadi peserta JKN mulai 1 Januari 2017. Dengan begitu, pemerintah punya cukup waktu menyediakan fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.

Seperti Inilah Problema BPJS Kini

Ilustrasi Keterbatasan Dokter dan Unjuk Rasa-merdekacom

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menegaskan, mutu layanan JKN harus ditingkatkan. Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan, dari 15,5 juta rumah tangga sasaran program simpanan keluarga sejahtera, baru satu juta keluarga yang terdaftar program layanan keluarga sejahtera.

Tapi nyatanya, kesiapan infrastruktur dan sumber daya belum siap, hingga akhirnya seperti inilah problema BPJS saat ini. Semoga saja di tahun mendatang bisa lebh baik.

About The Author

isprawiro

Pernah bekerja di beberapa surat kabar nasional, copywriter serta editor konten blog ecommerce dan belajar SEO.

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CommentLuv badge